Wahyudi
sudah mendengar dari teman-temannya, kisah seorang wanita baik hati yang
beberapa bulan terakhir ini sering berkunjung ke sekolah jarak jauh tempatnya
bersekolah saat dia masih duduk dikelas 1 hingga kelas 4 SD.
Sekolah jarak jauh didirikan bagi
anak-anak pedalaman, yang harus menempuh perjalanan hingga 10 kilometer untuk
mencapai sekolah induk di pusat Desa. Sekolah itu hanya memiliki dua ruangan
yang menampung empat puluh lima siswa(i)
dan di bagi dalam dua ruangan. Kelas satu dan kelas dua digabung dan
di bimbing oleh seorang guru, namanya
ibu Agustina. sedangkan kelas tiga dan empat dibimbing oleh pak Safri.
Berhubung karena wahyudi sudah di
kelas lima, sudah besar dan kuat untuk berjalan kaki, maka anak yang sudah
kelas lima dan enam bersekolah di
sekolah induk. Dan ini menjadi kendala buat wahyudi, karena dia harus berjalan
kaki hingga 6 kilometer untuk mencapai sekolahnya. Disamping itu pula, yang
membuat wahyudi frustasi adalah kemampuan daya pikirnya agak lambat dibanding
anak-anak lain. Seharusnya bocah berumur 12 tahun saat ini sudah duduk di kelas
enam Sekolah Dasar, tetapi karena kekurangan itu lah menjadikan dia tinggal
kelas, dan duduk di kelas lima SD. Karena frustasi dengan keadaan seperti itu,
tiga bulan ini wahyudi tidak pergi kesekolah lagi, dia memutuskan berhenti
sekolah.
Kembali kepada kisah wanita muda
yang baik hati itu. Kata firman, namanya adalah kak eric. Dia seorang Penyuluh
Pertanian Lapang (PPL) tetapi peduli akan kemajuan mutu pendidikan Anak
Bangsa. Dia mengajarkan Muatan Lokal
Pertanian dan Bahasa Inggris, bukan itu saja, kak eric juga mengajarkan cara
mencuci baju di sungai yang letaknya berada di belakang sekolah, karena melihat
baju si Firman sangat dekil. Bagaimana tidak dekil, baju si Firman sebulan tak
perna dicuci lho hahahahaaa.
Kisah
yang paling mengharukan dari kak eric, saat dia membawa sepeda baru untuk
Ronal. Kak Eric, sampai terjatuh dan tertindih motornya karena sepeda yang di bonceng itu
nyangkut di pohon kakao. Katanya sih dia tak terluka, Cuma kakinya saja yang
lebam. Dan itu membuat Wahyudi penasaran, seperti apa wajah kak eric itu! Kaki-kaki berdebu beralaskan sendal jerit, berlarian menyambut kedatangan kak eric. Tanpa di perintahkan, anak-anak memburu masuk kekelas masing-masing dan kak eric ikut masuk ke ruangan kelas tiga dan empat. Selang beberapa saat kemudian, wahyudi masuk kedalam kelas itu. Dia penasaran, kegiatan apa saja yang sedang berlangsung didalam kelas tersebut. Ternyata kak eric sedang duduk di kerumuni anak-anak dan mengambil data mereka satu persatu. Yang membuat wahyudi tertarik yaitu mereka merencanakan berkemah di dekat air terjun di atas gunung Alapan. Wah.. pasti sungguh mengasyikkan, pikir wahyudi.
“Kak,
saya boleh ikut berkemah bersama kalian?” tidak sadar wahyudi mengajukan
permohonan.
Kak
eric berbalik kearahnya, “eee kamu kok tidak ke sekolah?” tanyanya saat melihat
wahyudi hanya memakai baju kaos oblong, celana pendek dan hanya memakai sendal
jepit.
“Saya
malas kesekolah kak. Saya berhenti mi sekolah.”
Jawab wahyudi dengan dialek setempat.
“Kenapa
berhenti sekolah? Masak anak cakep begini, mirip ki artis korea harus berhenti sekolah.” Tanya kak eric serius.
“anu
ibu guru PPL, Wahyudi bodoh, tidak tahu
pi membaca!” seorang anak menyelah dan membuat wahyudi tersenyum malu-malu.
“Benar tak tahu membaca, Masak sih?”
“Saya
bisa ji membaca kak, tapi tidak
lancar.” Jawab Wahyudi cepat. “tapi bisa
ji toh saya ikut berkemah?” dia
bertanya lagi.
“aduhhh...”
wajah kak eric kelihatan sedikit cemas, “Kalau tidak sekolah lagi, tidak
diajaklah ikut berkemah. Karena kegiatan berkemah ini, kita akan memakai baju Pramuka.”
kak eric menerangkan. “Bagaimana mau pakai baju Pramuka kalau kamu tidak
bersekolah mi lagi?” kata kak eric
seperti menyodorkan sebuah pertimbangan bagi wahyudi.
Dua
minggu berlalu, saat kak eric monitoring ke kelompok tani Mesa Nyawa. Kak eric
sangat kanget, terharu..entah apalah namanya perasaan itu, saat dia melihat tiga
bocah melintas di hadapannya dan Wahyudi ada disana.
“Heii..
kamu.. sudah kesekolah mo ko lagi??”
sapa kak eric disela perasaan terharu.
“Iya
kak.. kan saya mau ikut berkemah!!!” kata wahyudi sambil terus berjalan dan
bersenda gurau bersama kawan seperjanannya menuju kesekolah yang tinggal empat
kilometer lagi. Wahhh..kak eric sampai ingin menangis mendengarnya. Ayo
wahyudi, tuntutlah ilmu setinggi-tingginya, jangan sampai terhenti karena harus
berjalan kaki 6 kilometer saja. Fighting!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar