Jumat, 01 April 2016

KAMI MEMANGGILNYA IBU GURU PPL



    

     Wahyudi sudah mendengar dari teman-temannya, kisah seorang wanita baik hati yang beberapa bulan terakhir ini sering berkunjung ke sekolah jarak jauh tempatnya bersekolah saat dia masih duduk dikelas 1 hingga kelas 4 SD.
      Sekolah jarak jauh didirikan bagi anak-anak pedalaman, yang harus menempuh perjalanan hingga 10 kilometer untuk mencapai sekolah induk di pusat Desa. Sekolah itu hanya memiliki dua ruangan yang menampung empat puluh lima siswa(i)  dan di bagi dalam dua ruangan. Kelas satu dan kelas dua digabung dan di  bimbing oleh seorang guru, namanya ibu Agustina. sedangkan kelas tiga dan empat dibimbing oleh pak Safri.
      Berhubung karena wahyudi sudah di kelas lima, sudah besar dan kuat untuk berjalan kaki, maka anak yang sudah kelas lima dan enam  bersekolah di sekolah induk. Dan ini menjadi kendala buat wahyudi, karena dia harus berjalan kaki hingga 6 kilometer untuk mencapai sekolahnya. Disamping itu pula, yang membuat wahyudi frustasi adalah kemampuan daya pikirnya agak lambat dibanding anak-anak lain. Seharusnya bocah berumur 12 tahun saat ini sudah duduk di kelas enam Sekolah Dasar, tetapi karena kekurangan itu lah menjadikan dia tinggal kelas, dan duduk di kelas lima SD. Karena frustasi dengan keadaan seperti itu, tiga bulan ini wahyudi tidak pergi kesekolah lagi, dia memutuskan berhenti sekolah.
       Kembali kepada kisah wanita muda yang baik hati itu. Kata firman, namanya adalah kak eric. Dia seorang Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) tetapi peduli akan kemajuan mutu pendidikan Anak Bangsa.  Dia mengajarkan Muatan Lokal Pertanian dan Bahasa Inggris, bukan itu saja, kak eric juga mengajarkan cara mencuci baju di sungai yang letaknya berada di belakang sekolah, karena melihat baju si Firman sangat dekil. Bagaimana tidak dekil, baju si Firman sebulan tak perna dicuci lho  hahahahaaa.  
        Kisah yang paling mengharukan dari kak eric, saat dia membawa sepeda baru untuk Ronal. Kak Eric, sampai terjatuh dan tertindih  motornya karena sepeda yang di bonceng itu nyangkut di pohon kakao. Katanya sih dia tak terluka, Cuma kakinya saja yang lebam. Dan itu membuat Wahyudi penasaran, seperti apa wajah kak eric itu! 
        Kaki-kaki berdebu beralaskan sendal jerit, berlarian menyambut kedatangan kak eric. Tanpa di perintahkan, anak-anak memburu masuk kekelas masing-masing dan kak eric ikut masuk ke ruangan kelas tiga dan empat. Selang beberapa saat kemudian, wahyudi masuk kedalam kelas itu. Dia penasaran, kegiatan apa saja yang sedang berlangsung didalam kelas tersebut. Ternyata kak eric sedang duduk di kerumuni anak-anak dan mengambil data mereka satu persatu. Yang membuat wahyudi tertarik yaitu mereka merencanakan berkemah di dekat air terjun di atas gunung Alapan. Wah.. pasti sungguh mengasyikkan, pikir wahyudi.
“Kak, saya boleh ikut berkemah bersama kalian?” tidak sadar wahyudi mengajukan permohonan.
Kak eric berbalik kearahnya, “eee kamu kok  tidak ke sekolah?” tanyanya saat melihat wahyudi hanya memakai baju kaos oblong, celana pendek dan hanya memakai sendal jepit.
“Saya malas kesekolah kak. Saya berhenti mi sekolah.” Jawab wahyudi dengan dialek setempat.
“Kenapa berhenti sekolah? Masak anak cakep begini, mirip ki artis korea harus berhenti sekolah.” Tanya kak eric serius.
“anu ibu guru PPL, Wahyudi bodoh, tidak tahu pi membaca!” seorang anak menyelah dan membuat wahyudi tersenyum malu-malu.
“Benar tak tahu membaca, Masak sih?”                            
“Saya bisa ji membaca kak, tapi tidak lancar.”  Jawab Wahyudi cepat. “tapi bisa ji toh saya ikut berkemah?” dia bertanya lagi.
“aduhhh...” wajah kak eric kelihatan sedikit cemas, “Kalau tidak sekolah lagi, tidak diajaklah ikut berkemah. Karena kegiatan berkemah ini, kita akan memakai baju Pramuka.” kak eric menerangkan. “Bagaimana mau pakai baju Pramuka kalau kamu tidak bersekolah mi lagi?” kata kak eric seperti menyodorkan sebuah pertimbangan bagi wahyudi.
Dua minggu berlalu, saat kak eric monitoring ke kelompok tani Mesa Nyawa. Kak eric sangat kanget, terharu..entah apalah namanya perasaan itu, saat dia melihat tiga bocah melintas di hadapannya dan Wahyudi ada disana.
“Heii.. kamu.. sudah kesekolah mo ko lagi??” sapa kak eric disela perasaan terharu.
“Iya kak.. kan saya mau ikut berkemah!!!” kata wahyudi sambil terus berjalan dan bersenda gurau bersama kawan seperjanannya menuju kesekolah yang tinggal empat kilometer lagi. Wahhh..kak eric sampai ingin menangis mendengarnya. Ayo wahyudi, tuntutlah ilmu setinggi-tingginya, jangan sampai terhenti karena harus berjalan kaki 6 kilometer saja. Fighting!!!!
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar