Minggu, 18 Agustus 2013

PEDASNYA CABAI DARI PEKARANGAN RUMAH SENDIRI



           Budidaya cabai tidak selalu dilahan yang luas, di pekarangan yang sempit pun  dapat di lakukan. Yang lagi trend saat ini adalah sistem  pertanian  vertikultur, dimana cabai yang akan kita budidayakan di tanam didalam pot/polybag dengan sistem penanaman kearah atas, bertingkat atau bersusun. Sistem pertanian vertikultur ini sangat cocok di terapkan dikota-kota besar, bisa juga diterapkan di daerah-daerah rawan banjir. Karena, kebun mini ini dapat dipindah-pindahkan dengan mudah. Tetapi jika menggunakan rak, maka kita tak perlu repot-repot lagi untuk memindahkan polibag/pot saat banjir datang (kecuali Tsunami datang, semua tidak bisa diselamatkan hehehe).
            Sama halnya membudidayakan cabai di lahan yang luas, jenis bertani dengan sistem ini sama-sama membutuhkan sinar matahari, air dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhannya. Perbedaannya hanyalah terletak pada lahan yang digunakan. Dalam sistem konvensional, misalnya, satu meter persegi mungkin hanya bisa menanam lima pohon cabai saja. Tetapi dengan vertikultur, lahan seluas itu bisa ditanami sampai 15 pohon cabai.
            Sewaktu membawakan materi penyuluhan teknik menanam cabai di Kelompok Wanita Tani “Anggrek”, banyak dari anggota sangat tertarik dan antusias mendengarkan paparan saya. Dimana saya menawarkan teknik budidaya cabai secara Vertikultur, apalagi saya lihat kawasan dusun II dimana anggota KWT ANGGREK ini berada rawan banjir. Mereka sepakat untuk mencoba menanam cabai dengan teknik vertikultur tersebut. Dengan alasan, bahwa cabai dipasaran sangat mahal apalagi saat musim penghujan datang, ada juga mengatakan kalau seorang dari anaknya bila mengkomsumsi cabai biasanya ± 10 biji persatu kali makan. Bayangkan bila satu orang dalam keluarga itu mengkonsumsi cabai sepuluh biji per satu kali makan, jika makannya tiga kali sehari berarti ±30 biji per orang. Kalau di kali dengan seluruh anggota keluarga yang berjumlah 7 orang mengkonsumsi cabai, terus harga cabai sedang melambung tinggi dipasaran, wahhh... bisa pusing kan mikirin pengeluaran biaya kebutuhan rumah tangga?
            Nah, agar tidak terlalu pusing dalam mengatur pengeluaran biaya rumah tangga tersebut, baiknya kita menanam sayuran dipekarangan kita. Apalagi keluarga yang doyan makan cabai, sebaiknya menanam cabai di pekarangan rumahnya. Selain dikonsumsi sendiri, bila hasil melimpah dapat pula di jual atau bisa juga di kirim kerumah saya ya hehehe...

SYARAT-SYARAT TUMBUH TANAMAN CABE
  1. Iklim         : Tanaman cabai tumbuh baik di hawa panas, atau kering. 
  2. Tanah       : Tanah yang dikehendaki ialah tanah gembur, subur, banyak humus dengan draenase yang baik. PH 5,5 - 6,8.
  3. Daerah : Tanaman cabai dapat tumbuh dimana-mana, baik didataran rendah maupun di daerah pengunungan.



BERCOCOK TANAM
A.            Media Tanam
Media tanam untuk membudidayakan cabe rawit dalam pot / polybag berupa campuran pupuk kandang matang, tanah steril, dan arang sekam padi dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pupuk kandang matang yang dimaksud adalah kotoran hewan berupa kotoran sapi; kerbau; kuda atau ayam yang sudah lama. Bila memungkinkan bisa di fermentasikan dulu dengan EM4, yang biasanya kita kenal dengan istilah Bokashi (lihat blog saya judulnya YUKK MEMBUAT BOKASHI).  
Lalu apa yang disebut dengan tanah steril? Tanah steril yang dimaksudkan disini adalah tanah yang bebas dari hama maupun penyakit. Misalnya, tanah yang telah di pakai untuk menumbuhkan kapas atau tanaman satu jenis dengan cabe yang telah terserang hama dan penyakit. Tanah tersebut jangan di gunakan lagi untuk menanam cabe, tomat dan sejenisnya. Bisa juga di gunakan kembali jika tanah itu di gongseng terlebih dahulu, agar bibit penyakitnya bisa hilang. Contoh tanah steril yang baik  yaitu  lapisan tanah dalam (40-50 cm dibawah permukaan tanah) atau tanah  yang berada di bawah pertajukan tanaman bambu. Selain  subur, tanah dibawah pertajukan bambu tersebut kaya akan unsur hara karena lapukan dari daun-daun bambu yang gugur.
Campuran media yang ketiga adalah arang sekam. Selain bersifat porous, arang sekam juga dapat menetralisir racun-racun dalam media tanam serta dapat menyimpan air dan unsur hara. Sehingga bila sewaktu-waktu tanaman cabe membutuhkan unsur hara tersebut, dapat mengambil langsung dengan mudah.
Sebelum media tanam tersebut di masukkan kedalam wadah, masukkan terlebih dahulu bahan-bahan yang bersifat porous, seperti pecahan genting, batu bata merah, bongkahan arang atau bisa juga menggunakan potongan-potongan gabus, seperempat dari isi wadah. Bahan-bahan poros ini berfungsi menjaga sirkulasi air dalam wadah. Kemudian isi media tanam kedalam wadah hingga penuh, siram dan biarkan 4-5 hari sebelum ditanami bibit cabe.


 

B.   Penyemaian Benih

  1. Lakukan penyemaian benih tiga minggu sebelum jadwal pemindahan ke pot/polybag. Rendam benih cabai ke dalam air hangat (30 – 40 0C) selama 6 jam untuk memecahkan dormansi benih. Tiriskan benih dan bungkus menggunakan kain lembab. Diamkan selama kurang lebih 18 jam di tempat yang terlindungi agar kain pembungkus tetap lembab.  
  2. Sementara benih direndam, siapkan media semai. Media berupa campuran tanah subur, pupuk kandang (bokashi) dan arang sekam dengan perbandinga 2 : 1 : 1.
  3.  Masukkan media kedalam tempat penyemaian, seperti polybag, gelas plastik, bumbunan atau media plastik. Bumbunan yang dimaksud adalah tempat penyemaian yang terbuat dari daun pisang. Cara membuat bumbungan; belah lembaran daun pisang selebar 5 cm. Lingkarkan belahan daun pisang dengan diameter 4-5 cm, lalu sematkan kedua ujung yang bertemu menggunakan lidi hingga terbentuk “tabung” daun pisang.
     
    C.   Pembibitan
    1. Tanam benih yang sudah di seleksi (dari perendaman) dialur kecil yang dibuat diatas media semai dengan jarak antar-benih dalam alur 1 cm, sedangkan jarak antar-alur 5 cm. Tutup benih dengan tanah tipis/ arang sekam padi/ serbuk gergaji. Bisa juga dengan menanam benih di bumbungan/ gelas plastik dengan menanam 1 biji per satu lubang/bumbungan, lalu tutup lubangnya dengan arang sekam/serbuk gergaji.
    2. Siram persemaian menggunakan handsprayer untuk menghindari resiko rusaknya media semai akibat kucuran air saat penyiraman atau benih yang disemaikan tidak berantakan. 
    3. Beri naugan persemaian untuk menghindari kontak langsung dengan cahaya matahari. Sungkupan atau naungan dapat dibuat dari daun kelapa/pisang, genting, karung, plastik hitam atau paranet. 
    4. Setelah benih tumbuh dan berumur 7-10 hari buka sungkup atau naungan persemaian agar tanaman mendapatkan sinar matahari guna membantu proses fotosintesis. Cabut benih yang mengalami penyakit remah semai (dumping off) agar tidak menular ke bibit yang lain.
    5.  Setelah berumur 14-20 hari, bibit sudah dapat dipindahkan ke dalam polybag kecil/ gelas plastik ( bila bibit  di semaikan di penampan). Sedangkan benih yang langsung ditanam di bumbungan / gelas plastik tidak perlu dipindahkan lagi, hingga berumur 21-30 hari. Panen bibit ditandai dengan jumlah daun sebanyak 4 – 5 helai. 


    E.             Penanaman dan Pemeliharaan
    1.  Pilih bibit yang sehat dan tumbuhnya normal untuk dipindahkan ke lahan/polybag besar/ pot yang sudah kita buat beberapa hari sebelum penyemaian benih. 
    2. Lakukan penanaman pada pagi hari. Hindari penanaman pada siang hari untuk menghindari resiko bibit menjadi stress, layu dan mati. Apabila penanaman tidak selesai pada pagi hari, sebaiknya dilanjutkan pada sore harinya.
    3.  Lepaskan bibit dari gelas plastik secara hati-hati. Karena perakaran bibit tidak boleh terganggu dan usahakan media tanam tidak rusak atau pecah. Agar terhindar dari resiko ini, disarankan memakai bumbungan yang terbuat dari daun pisang. Tinggal dimasukkan ke dalam lubang tanpa harus repot2 memisahkan bibit  dari wadah penyemaiannya. Selain itu daun pisang dapat lapuk dan akan menjadi pupuk bagi tanaman nantinya. 
    4. Timbun lubang tanam tersebut dengan tanahhingga ketinggian 2 – 3 cm dibawah daun. Usahakan daun tidak menyentuh permukaan tanah. Siram air di area sekitar bibit untuk mengurangi stress bibit dan mempercepat proses adaptasi. Lakukan penyiraman dan pengamatan secara rutin. Jika ada bibit yang mati, segera lakukan penyulaman agar pertumbuhan bibit seragam.
    5.  Pada umur 10-15 HST (hari setelah tanam), lakukan pemupukan kocoran dengan me larutkan NPK sebanyak 5 gram per liter air. Masing-masing tanaman diberi 200 ml larutan kocoran atau setara dengan satu gelas plastik. Siram pupuk di lubang tanam. Usahakan daun tidak terkena pupuk tersebut. 
    6. Lakukan pemupukan susulan sebanyak dua kali, dengan dosis yang sama pada masa generatif  atau tanaman berumur 55 - 60 HST dan 90 - 95 HST.
    7.  Lakukan pengendalian hama secara manual apabila terlihat serangan hama dan penyakit. Gunakan pestisida nabati jika serangan mulai terlihat parah (lihat blog saya berjudul Nimba Vs Mindi


    E.             Panen dan Pascapanen
    1.  Umur panen cabai bervariasi, tergantung pada varietas yang digunakan dan ketinggian lahan.Umumnya cabai yang ditanam di dataran rendah akan lebih cepat panen 10 hari dibandingkan dengan cabai yang ditanam di dataran tinggi. Umur panen rata-rata cabai sekitar 80 - 120 HST. 
    2. Panen cabai dapat dilakukan dengan cara memetik buah dan tangkainya.Caranya, pengang tangkai buah, lalu tarikke atashingga tangkai terlepas dari cabang. Hindari menarik kebawah karena dapat merusak cabangproduktif tanaman.
    3.  Apabila panen dilakukan setelah hujan, kering anginkan terlebih dahulu agar tidak menyebabkan kebusukan buah bila ingin menjualnya di pasar.
    ****
     

     
 




1 komentar:

  1. titanium band rings & spade cap
    I'm where can i buy titanium trim sure the most titanium post earrings important thing to know is that the tips are accurate, they don't look anything like stainless schick quattro titanium steel ones but you'll titanium hair clipper see the titanium earrings hoops difference.

    BalasHapus