Dalam sistem pertanian konvensional sekarang
ini, ketergantungan pelaku utama akan pestisida sintetis sudah tak terelakkan
lagi. Tidak jarang ditemukan dilapangan bahwa pemakaian pestisida sintetis oleh
pelaku utama di gunakan melebihi dosis yang dianjurkan. Mereka beranggapan
bahwa menggunakan pestisida sintetis melebihi dosis anjuran akan sangat
memberikan pengaruh nyata di lahan usaha taninya dibanding pemakaian dosis
anjuran. Padahal sebenarnya itu tidak benar adanya! Pemakaian pestisida yang
tidak bijaksana seperti itu, akan mengakibatkan hama menjadi kebal (Resisten),
peledakan hama baru (Resurjensi), terbunuhnya musuh alami, penumpukan residu
bahan kimia didalam hasil panen, pencemaran lingkungan oleh sisa racun kimia
dan kecelakaan bagi pengguna.
Penggunaan
pestisida sintetis pada umumnya kurang aman karena dapat merugikan terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan. Bahan kimia bisa menjadi pemicu timbulnya
kanker seperti gas limbah dari kendaraan bermotor, pabrik, dan rumah tangga. Pencemaran
lingkungan oleh sisa racun kimia dan penumpukan residu bahan kimia di dalam
hasil panen, bisa menjadi pemicu timbulnya berbagai macam penyakit. Di tahun 1900, sekitar 10 sampai 15 persen
orang Amerika mati karena penyakit jantung dan stroke (dan banyak di antaranya
adalah karena penyakit jantung rematik). Kini sudah 45 persen. Waktu itu,
kurang dari 6 persen mati karena kanker, sementara sekarang gambarannya
melebihi 25 persen. (Hans Diehl. sehat dan Kuat.Indonesia Publishing House,
Bandung. 2011)
Pestisida kimia (sintetis) merupakan
bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Pestisida kimia
bersifat polutan sehingga dapat menyebar radikal bebas yang mengakibatkan
kerusakan organ tubuh, mutasi gen dan gangguan susunan saraf pusat. Jika pestisida
yang di semprotkan ketanaman akan masuk dan meresap kedalam sel-sel tumbuhan,
termasuk kebagian akar, batang, daun dan buah. Jika buah atau daun ini termakan
oleh manusia maka racun atau residu bahan kimia beracun ikut masuk kedalam
tubuh manusia. (Mediantie soenandar & heru Tjachjono. Membuat Pestisida
Organik. Agro Media, jakarta Selatan.2012).
Untuk
itu kami selaku Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) terus ber upaya memperkenalkan sistem budidaya tanaman
secara organik, agar dikenal dan digalakkan oleh masyarakat secara luas. Sistem pertanian Organik menjadi tren dan
terus berkembang karena dapat menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat
untuk dikonsumsi. Secara fisik, penampilan produk organik tidak berbeda dengan
produk non-organik, tetapi kualitas produk organik jauh lebih baik dibanding
dengan produk non-organik.
Kesehatan tubuh sangat
bergantung pada makanan yang di konsumsi. Dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat, seperti buah dan sayuran organik secara rutin dapat mengurangi
resiko terserang kanker serta
penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Buah dan sayuran organik yang tidak mengandung residu pestisida sintetis akan sangat baik bagi tubuh
manusia, karena kandungan zat antioksidan lebih banyak, khususnya kandungan
fenol dan asam salisilat. Zat antioksidan adalah zat yang mampu mematikan zat lain
yang membuat sel-sel menjadi rapuh dan mampu memperbaiki sel yang rusak. Zat
ini terbukti bisa meracuni secara langsung sel-sel tumor/kanker.(Lina Mardiana.
Mencengah dan Mengobati Kanker pada Wanita dengan Tanaman Obat. Penebar
Swadaya, Jakarta. 2009)
Namun kendala utama yang
dihadapi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman adalah adanya
serangan hama dan penyakit pada tanaman. Seperti yang kita bahasa di awal,
untuk menanggulangi serangan hama ini, pestisida sintetis selalu menjadi
pilihan utama bagi pelaku utama (petani). Dengan aplikasi pestisida sintetis
ini pada akhirnya akan menimbulkan residu dan kerusakan lingkungan. Sementara dalam
sistem pertanian organik penggunaan pupuk dan pestisida kimia tidak
diperbolehkan.
Umumnya, pupuk yang
digunakan dalam pertanian organik adalah pupuk kandang yang berasal dari
kotoran hewan, seperti ayam, kambing, domba, sapi, dan kerbau. Sedangkan pestisida
yang yang digunakan terambil dari bahan-bahan nabati atau tumbuh-tumbuhan yang
ada di sekitar kita, misalnya : bunga krisam, daun sirsak, buaj mojo, bawang
putih, sereh dan lain-lain sebagainya. Reader bisa membuka daftar entri blog
saya berjudul Nimba Vs Mindi, untuk meramu PESNAB(Pestisida Nabati) jika tanaman
yang dibudidayakan terserang oleh OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Sifat bahan Nabati pada
umumnya mudah terurai di alam sehingga residunya tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan dan manusia. Sebagai contoh, Piretrin (bahan aktif dari
bunga piretrum yang digunakan sebagai insektida nabati) merupakan zat yang
cepat terdegradasi di alam, khususnya apabila terkena sinar matahari sehingga
zat ini tidak persisten baik di lingkungan maupun pada bahan makanan. Sedangkan
tanaman Neem /Nimba/Mimba (Azadiractha Indica Juss) lebih luas lagi
penggunaannya, selain bisa dijadikan insektisida, dapat juga berfungsi sebagai
bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Tumbuhan Neem ini
dapat juga dijadikan obat herbal bagi manusia, seperti mengobati berbagai macam
kanker, Diabetes, perawatan gigi, penyakit kulit, maag, dan lain sebagainya.
Selain Nimba, pilihan lain yang dapat di gunakan sebagai PESNAB adalah minyak bawang
putih, minyak bawang putih ini dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran
serangga (repelen) yang efektif. Untuk membuat larutan pekat, umbi bawang putih
ditumbuk halus.
Lalu direndam ke dalam minyak tanah
dengan perbandingan 1 bagian umbi bawang
putih 2 bagian mintak tanah. Campuran ini
di endapkan selama 24 jam atau lebih. Kemudian di saring dengan kain halus.
Larutan ini dapat disimpan lebih lama
dalam botol tertutup. Jika ingin menyemprot, campurkan 3 sendok teh minyak
bawang putih kedalam air 1 liter ditambah dengan 2 sendok teh sabun cair.
Fungsi sabun cair ini adalah sebagai perekat PESNAB ke seluruh bagian tanaman.
Nah,
dengan sistem pertanian Organik yang menggunakan bahan-bahan nabati / alami disekitar
kita. Pola hidup sehat dapat kita peroleh dan terhindar dari serangan berbagai macam penyakit. Tubuh sehat, keluarga pun bahagia!!!!
Written
by ABIGAIL LOMO, SP
PPL DESA SIDOREJO Agust-13