Selasa, 20 Agustus 2019

MENCOBA MENJADI SEBATANG LILIN

Inilah kisahku menjadi guru relawan di sekolah-sekolah.
Seperti biasanya, pagi buta saya pasti sudah berada di sawah menjalankan tugas sebagai Penyuluh Pertanian Lapang di singkat PPL.  Dari satu petak sawah ke petak sawah yang lain untuk mengamati pertumbuhan padi, mengamati perkembangan hama/penyakit atau menghampiri petani untuk sekedar menyapa atau saling bertukar pikiran.
Pagi itu jadwal kunjungan ke kelompok tani Sido Rukun. Setelah merasa cukup di hamparan lahan usaha tani tersebut, saya pun menyalakan motor dan beralih ke hamparan sawah kelompok tani lain yang berada di ujung desa Sidorejo. Jalan usaha tani yang kecil adalah satu-satunya akses menuju ke sana, aku pun menghentikan motor pas di ujung jalan kecil itu, tepat di depan sebuah TK yang hanya memiliki satu ruangan saja.
Aku perhatikan, keadaan di TK itu sedikit tidak terkendali. Ibu gurunya cuma seorang diri mengawasi kegiatan anak-anak. Ada yang nangis di ayunan , ada yang minta diantar pipis, ada pula yang kejar-kejaran. Sepertinya sang guru kebingungan dan mungkin butuh pertolongan, pikirku. Tapi ku tangguhkan dulu niat  menawarkan diri untuk menolong, tugasku untuk berkunjung ke sawah yang ada terhampar di depan mata adalah tujuan utama. Nanti kalau balik, baru  ke TK itu. Saya pun kembali melangkah dari petak satu kepetak yang lainnya, tapi tidak terlalu lama karena ingat TK itu terus.
Dengan keringat membasahi dahi dan sepatu yang berlumur lumpur, ku hampiri TK tersebut. Keadaannya masih sama, sangat gaduh dengan seorang guru sibuk menenangkan anak-anak agar tidak berantem. Saya pun memberi salam dan disambut oleh sang guru.
“Saya lihat ibu kerepotan tadi mengatur anak-anak. Saya PPL di desa ini bu. Kalau mau, saya bisa bantu ibu mengajar disini. Saya bisa bahasa inggris sedikit atau bisa ajar anak menari. Saya tidak usah di bayar, saya cuma mau bantu.” Kataku menyodorkan diri dengan sedikit promosi talenta yang saya miliki. Tapi ibu guru tersebut sepertinya tambah bingung mendengar pernyataan saya, sepertinya dia mencurigai saya. Jangan-jangan ini orang gila, mana ada orang waras pergi menawarkan diri sendiri jadi relawan.
“hmm.. nanti ya, saya tanyakan sama kepala sekolahnya dulu.” Gitu kata bu guru yang kemudian saya ketahui nama beliau adalah ibu tiwi. Saya pun pamit pulang dan selasa depan saya pasti berkunjung lagi ke sana, karena jadwal kunjungan saya tiap hari selasa di sawah dekat TK tersebut.
Seminggu kemudian saya pun muncul, seperti biasanya saya langsung kesawah dulu tuk bekerja. Pulangnya baru ke TK itu lagi karena motor saya terparkir disana. Kali ini bu tiwi sudah di temani dua orang guru, “Bagaimana bu tawaran saya untuk jadi relawan?” tanya saya setelah memberi salam.
“Tapi tidak di gaji ya?” tanya bu tiwi, dan diikuti tatapan aneh dari kedua rekannya,
“iya bu, saya tidak usah di gaji.” Jawabku menyakinkan.
Selasa berikutnya saya pun mulai mengajar di TK itu. Tentunya setelah menjalankan tugas utama sebagai PPL. Saya ngajar kelas bahasa inggris, cuma ngajar vocabulary aja kok sambil nyanyi-nyanyi biar cepat dihafal oleh anak-anak. Saya sangat terharu, kala motor saya berhenti didepan sekolah itu, anak-anak sontak berdiri walau sementara dalam proses pembelajaran. Mereka memanjat jendela karena pintu kelas ditutup dari dalam, sambil teriak-teriak manggil, “Bu guru bahasa inggris..bu guru bahasa inggris...” sampai saya menghilang di balik rimbunnya pohon pisang menuju petak sawah.
Saya juga memperkenalkan dunia pertanian kepada anak-anak. Mana itu serangga yang menjadi hama dan yang mana menjadi sahabat kita. Tidak hanya di TK saja, bahkan di SD maupun di SMP pun tak luput dari kunjungan saya. Mengisi bidang study Muatan Lokal, tanpa di bayar sedikit pun. Malah saya yang ngeluari biaya untuk keperluan anak-anak. Banyak teman-teman relawan baik dalam maupun luar negeri mengsupport kegiatan saya ini. Bahkan mereka sampai datang dan nginap di rumah untuk membantu mengajar di sekolah-sekolah tersebut.
Banyak kesaksian dari orangtua anak-anak itu, kalau anak mereka semangat kesekolah dan pinter bahasa inggris. Walau cuma nyanyi bahasa inggris, mereka bilangnya sudah pinter. Oya.. rerata anak yang bersekolah di TK itu anak-anak petani. jadi kehidupan mereka dibawah standar, terlihat pakaian seragam mereka lusuh karena warisan dari kakak kelas sebelumnya. Jadi saya mencoba menawarkan diri menjadi guru bahasa Inggris gratis, untuk menghemat pengeluaran para pelaku utama untuk membiayai anak-anak mereka memperoleh ilmu bahasa Inggris lewat kursus berbayar.
Dulu, banyak teman sejawat menyoroti pekerjaan saya ini. Ada yang bertanya, “kamu mau jadi PPL atau guru sih?” atau kata-kata menyindir yang bikin panas kuping saya.  Ada juga teman yang tidak percaya kalau saya ngajar itu tidak diberi honour, katanya saya bodoh bekerja tidak ada imbalannya. Bahkan saya di laporin ke kantor BP4KKP waktu itu.  Tapi saya cuek aja, toh tugas utama saya jalan.... saya membina kelompok-kelompok tani.
       Ada sebuah quote favorite yang tertempel di dinding kamarku berbunyi, "Kalau belum bisa menjadi Matahari. Tak mengapa... jadilah LILIN terlebih dahulu." Menjadi lilin yang dapat menerangi gelapnya malam, yang rela hancur demi memberikan cahaya pada manusia di sekitarnya. Saya ingin seperti sebatang lilin, walau hanya perbuatan kecil di lakukan namun dapat menambah pengetahuan anak-anak ini dalam memelihara lingkungannya.
Kegiatan ini saya mulai sejak agustus 2012 hingga saat ini (2019). Dan saya berharap, teman-teman PPL dapat meneladani untuk bisa mengisi kelas-kelas ilmu alam di sekolah-sekolah disegala jenjang pendidikan. Agar anak-anak generasi sekarang bisa care dengan kelestarian alam ini dan menimbulkan rasa cinta pada lingkungan hidup minimal membuang sampah pada tempatnya.
Salam inspirasi !




Selasa, 19 Juni 2018

PPL SIAP MELAYANI

     Suka duka menjadi Penyuluh Pertanian Lapang atau biasa di kenal dengan sebutan PPL ya seperti ini. Tidak memandang jauhnya Wilayah Binaan (WTJ), berangkat dari rumah di pusat sebuah kecamatan menuju kecamatan lain. Ditempuh dengan kendaraan roda dua sejauh 21.7 km, membelah perkebunan kakao dan parkir di lereng gunung untuk melanjutkan perjalan sejauh 5 km. Sekiranya jalan datar mungkin bisa memakan waktu satu jam perjalan, tetapi medannya terlalu menanjak, sekitar 3-4 jam kami daki. Penderitaan tidak sampai disitu saja, bahaya kerap kali mengintai. sendirian membela hutan membuat nyaliku sedikit ciut, takutnya ada ular piton yang sigap menerkam. Belum lagi saya adalah seorang perempuan, berjalan sendiri itu berisiko tinggi dari tindak kejahatan. Semestinya atasan lebih bijak menempatkan kami yang mau bekerja di suatu wilayah. Tapi sudahlah, jalani aja dengan iklas, lakukan yang terbaik. hanya Allah yang dapat menilai seberapa tulusnya diriku mengabdi bagi bangsa ini. Mulut komat-kamit baca doa dan sesekali ku dendangkan dengan keras-keras lagu Rohani penguat jiwa untuk mengemban tugas mulia ini.
Jalan menanjak sejauh 5 km
Beristirahat sejenak disela perjalanan

     Saya pun tidak mempermasalahkan buruknya infrastrukstur ke desa itu, dengan motor butut, ku pacu diatas  permukaan jalanan yang berlubang-lubang, bila hujan genangan air menutupi permukaan lubang menjadikan jebakan batman buat pengendara yang lewat. Dikiranya dangkal oee.. ternyata lumayan dalam atau ban sering slip di lumpr sehingga dada terasa sesak menahan lajunya kendaraan. Pergi pagi - pulang sore , alhasil sampai dirumah badan sakit semua, tak jarang saya tidur telengkup diatas bantal sambil menangis - menahan sakit. keesokan harinya saya harus bangun pagi buta, persiapkan diri menuju ke desa itu, menempuh perjalanan 26.7 km lagi...
     Saya juga tidak mengharapkan fasilitas dari pemerintah, motor dinas, basecamp, laptop, printer, tunjangan kinerja, BOP dan lain-lain. Pakai sarana dan prasarana sendiri dengan status PTT Sukarela, ngeluarin duit milik pribadi. Tapi saya tidak nuntut ini -itu, protes sana- sini, saya jalani dengan iklas. Setahun Allah melihat ketulusanku, puji Tuhan, saya terangkat menjadi CPNS..horeeee.....

Saat hujan deras
Sanggar tani menjadi basecampku


     Melayani masyarakat pedalaman yang termajinalkan punya kesan tersendiri. Buruknya akses ke desa itu mengakibatkan pelayanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masih banyak petani yang belum bergabung dalam satu kelompok, karena petugas tidak datang kekediaman mereka. Atau anak-anak sekolah yang masih berkeliaran selama jam pelajaran, karena tidak adanya guru yang datang. adapun guru yang dipekerjakan adalah PTT sukarela seperti halnya saya, karena tak ada biaya, maka proses belajar mengajar semestinya berlangsung selama 6 hari, kadang hanya 2-3 hari saja. Anak-anak yang berjalan sejauh 5 km turun gunung, kadang kecewa mendapati kelas kosong tanpa guru. Disini PPL mengambil peran menjadi guru, mencoba mengisi kelas dengan mulok Pertanian, Bhs. Inggris atau pengembangan karakter anak. PPL juga memfasilitasi kebutuhan bersekolah anak-anak petani dengan bantuan dari para donatur seperti seragam sekolah, sepatu, tas, sepeda dan lain-lain.

 Demikian kisahku sebagai Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) yang melayani di pedalaman. walau sudah dimutasi ditempat lain, tapi masih sering mengontrol keadaan kelompok-kelompok tani disana dan anak-anak petani binaanku. semoga menginspirasi PPL Perempuan lainnya untuk tidak menolak jika ditugaskan dimana pun. Bravo PPL !!!






Senin, 11 April 2016

ADMINISTRASI KELOMPOK TANI- NELAYAN



Administrasi merupakan faktor penting dalam pengelolaan kelompok tani- nelayan. Dengan administrasi yang baik maka kita dapat menjalankan roda organisasi kelompok tani – nelayan, baik menyangkut usaha kelompok maupun manajemennya.
            Administrasi yang dimaksud disini bukan administrasi modern yang membutuhkan perangkat keras maupun lunak seperti layak nya perusahaan besar, tetapi suatu administrasi yang sederhana yang sesuai dan dapat di kerjakan oleh petani-nelayan.
Manfaat Administrasi :
1.        Sebagai media kerjasama kelompok, Karena dalam pengelolaan administrasi memerlukan hubungan antara anggota yang satu dengan lainnya, antara pengurus dengan anggota.
2.        Sebagai ikatan moral agar kelompok tidak bubar, jika dalam pengelolaan administrasi kelompok terdapat ketentuan bahwa bila anggota kelompok keluar maka modal/tabungannya menjadi milik kelompok. Ini berarti membuat anggota berfikir panjang sebelum keluar dari kelompoknya.
3.        Mempunyai nilai demokrasi. Dalam rapat-rapat penentuan suatu keputusan, untuk dimasukkan dalam pembukuan dan pencatatan dapat dikembangkan sikap musyawarah mufakat.
4.        Untuk melihat perkembangan kelompok dalam segala hal seperti tabungan kelompok, jumlah anggota, kegiatan, kekayaan, pendidikan dan keterampilan.
5.        Sebagai sarana belajar bagi pengurus dan anggota kelompoktani-Nelayan dan hal pengelolaan administrasi.



Jenis Buku dan Catatan Kelompok
       Dalam kegiatan kelompoktani-Nelayan ada beberapa jenis buku atau catatan yang perlu dilakukan yaitu :
1.        Buku daftar anggota dan pengurus (register)

2.        Buku inventaris kekayaan kelompok
format buku

3.        Buku kas (pemasukan dan pengeluaran uang)

4.        Buku kegiatan harian

5.        Buku tamu.

6.        Buku agenda (surat masuk/keluar)

7.        Buku perkembangan ternak

8.        Buku tabungan kelompok.

9.        Buku hutang dan piutang

10.    Buku notulen rapat

11.    Buku daftar hadir/absensi kegiatan kegiatan

12.    Buku Saprodi.

       Selain ke duabelas buku administrasi di atas, kelompoktani juga dilengkapi dengan buku laporan keuangan; Buku Kas Bantu Simpanan Sukarela; Buku Kas Bantu Simpanan Pokok dan Iuran Simpanan Wajib anggota; Buku Aneka Jenis Usaha tani; Buku Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) beserta  buku rekapitulasi pembagian jasa.
Laporan keuangan tiap bulan


Bila ingin mengetahui seperti apa format buku Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah tangga (AD/ART) itu? atau format buku Aneka Jenis Usaha Tani, silahkan bertanya lebih lanjut. kiranya materi ini dapat bermanfaat untuk memajukan kegiatan dikelompoktani binaan kita. salam pertanian !!!





Minggu, 10 April 2016

REKAN JEJAK PENUMBUHAN KELOMPOKTANI ALAPAN INDAH

Kehidupan masyarakat pedalaman di dusun V tondok pata, Desa Riso, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar begitu sangat memprihatinkan. Daerah terisolasi dengan infrastruktur desa yang belum memadai membuat  masyarakat di pedalaman susah untuk dijangkau. Program-program pemerintah tak dapat menyentuh daerah itu bahkan nyaris tak terjamahkan. Untuk itu sebagai Petugas disana, Penyuluh Pertanian berusaha dengan keras agar masyarakat dipedalaman itu merasakan juga program-program dari pemerintah khususnya program di bidang pertanian.

Sebagai langkah awal, PPL akan mengajak beberapa keluarga untuk membentuk kelompoktani. Karena dengan adanya kelompoktani maka bantuan dari pemerintah dapat tersalurkan. Tetapi kendalanya, bagaimana cara melakukan pendekatan kepada masyarakat dipedalaman itu? Nah untuk itu, PPL berinisiatif melakukan pendekatan melalui anak-anak petani dengan melakukan aksi sosial di sekolah. misalnya mengadakan kelas Muatan Lokal Pertanian, memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana bersekolah bagi anak-anak petani.
Make over Ryan
make over Dirly
Belajar hidup bersih dengan mencuci tangan
antrian kelas Mulok
Memfasilitasi pengadaan seragam sekolah, tas dan sepatu
Memberikan sepeda untuk anak petani kurang mampu

Setelah dirasa cukup pendekatannya, PPL pun mulai dikenal oleh orangtua anak-anak petani tersebut. akhirnya PPL berhasil melakukan identifikasi melalui pengambilan data dan informasi yang meliputi: tingkat pemahaman petani tentang kelembagaan petani; kondisi petani dan keluarganya; kondisi usahatani yang ada; domisili dan sebaran penduduk, serta jenis usahatani dll. Namun untuk menjangkau mereka, PPL harus melalui banyak rintangan yang menguras tenaga dan pikiran. Dimulai dengan perjalanan yang ditempuh sangat jauh, 21.7 Km dengan motor dan berjalan kaki sejauh 5 Km. Belum lagi medannya sangat jelek dan melelahkan.
Jalan poros kecamatan
Jika air sungai meluap
Kadang motor ngadat karena businya kemasukan air
arusnya kadang deras
motor PPL didorong oleh orang yang kebetulan lewat

Jika jalannya bagus, PPL bisa lewat
bingung mo lewat dimana..terobos aja!
melewati empat jembatan untuk sampai ke tondok pata
Jembatan pertama
Jalanan digenangi air, licin dan sering membuat ban tergelincir
Parkir motor, jalan kaki pun dimulai mendaki gunung
diatas ketinggian
melanjutkan perjalanan setelah melepas lelah
anak-anak petani harus berjalan kaki 5 - 10 km ke sekolah
kami kelelahan, istirahat sejenak
setelah tiba, adik saya memeriksa kesehatan masyarakat
saya mengadakan sosialisasi mendirikan kelompoktani
Setelah Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) melakukan advokasi (memberikan saran dan pendapat) serta informasi kepada tokoh-tokoh petani setempat dan aparat desa maka PPL memberikan penyuluhan melalui pertemuan kelompok dengan materi penyuluhan pertaniannya.
Pertemuan Kelompoktani setelah sosialisasi
Pertemuan kelompoktani sudah di sanggartani
menganalisis usahatani mereka
Demonstrasi Pembuatan pupuk organik
Kursus Tani, menyuntik ternak
Pertemuan kelompoktani Alapan Indah rutin tiap bulan
Selalu saja ramai
menyelesaikan Administrasi kelompok
bila pulang, PPL selalu ditemani anggota kelompok
motor PPL disebrangkan oleh Bendahara Kelompok
Kiranya kisah PPL untuk menjangkau masyarakat pedalaman dapat mengispirasi teman sejawat lainnya agar mau mengabdi tanpa pamrih, selalu mencari pemecahan masalah, dan berfikir inovatif serta kreatif dalam menumbuh kembangkan kelompok-kelompoktani binaannya.
KUALITAS seseorang tidak dilihat oleh seberapa hebat dia berucap, tetapi seberapa banyak tindakan kebaikan yang diperbuat dan dirasakan manfaatnya oleh banyak orang.
Salam Pertanian!!!